Pelantikan Pengurus PMII Cabang Yogyakarta Masa Khidmat 2016-2017.

(Foto: Pelantikan Pengurus Cabang Yogyakarta)

       Mingu, 24 April 2016, menjadi momentum luar biasa bagi Insan pergerakan yang berbendera kuning tersebut. Dilantikknya pengurus baru masa khidmat 2016-2017 adalah masa peralihan kepengurusan yang diharap mampu membawa perubahan dan mampu mengemban amanah konstitusi pergerakan. Polemik internal yang belum juga terselesaikan di antaranya adalah ketegasan Pengurus Besar PMII dalam memutuskan apakah kembali manjadi BANOM NU atau tidak. Posisi PMII, saya rasa sangat penting dalam ranah pergerakan untuk mempertegas visi-misi pergerakan, mau dibawa kemana kendaraan yang ditumpanginya, apakah berafiliasi dengan rakyat dengan cara membela rakyat dengan segenap kegelisahanya yang semakin hari semakin ditindas, yang semakin hari semakin terbunuh pelan-pelan akibat kerakusan kapitalis dalam mengekploitasi tanah mereka dan memenipulasi hukum-hukum tanah. Atau berafiliasi dengan partai yang sangat erat hubungannya dengan kapitalis. Atau berafiliasi dengan siapa?

       Dan kurikulum kaderisasi juga harus dipertegas dan direalisasikan. Kurikulum sangat erat kaitannya dengan visi-misi yang diembannya, jika kurikulum kaderisasinya belum jelas, maka generasi selanjutnya akan semerawut dan amburadul. Tidak hanya dipertegas tetapi harus juga direalisasikan, kurikulum yang bagus akan hanya mendjadi sampah jika tidak diterapkan.

       Tiga prolematika internal PMII tersebut sepertinya akan terjawab oleh dilantiknya pengurus baru Cabang Yogyakarta kali ini. Dengan tegas Aziz Azkhari selaku pengurus yang juga menjadi ketua panitia pada pelantikan ini menyatakan bahwa: produktivitas gerakan dalm kancah lokal, nasional dan transnasional yang dipilihnya sebagai tema dialog publik dapat dibuktikan salah satunya dengan keberpihakan PMII terhadap rakyat, keberpihakan PMII terhadap sistem yang menindas, keberpihakan PMII terhadap eksploitasi-eksploit­asi tanah yang menyebabkan darurat agraria. Serta memperbarui dan lebih memeluk pengetahuan sesuai kebutuhan yang dihadapi. Dengan tegas dia menyatakan arah gerakan yang dibangun harus ber-idiologi PMII, sesuai dengan Nilai Dasar Pergerakan dan sesuai dengan faham ahlusunnah waljamaah. Landasan utama pengurus cabang adalah meningkatkan produktivitas gerakan di semua lini sektor, sebagai bentuk refleksi terhadap realitas PMII yang banyak terperangkap terhadap politik praktis yang membutakan, tanpa dibumbuhi epistemologi pengetahuan yang mempuni. Target utama yang ingin dicapai adalah berusaha memberikan wajah baru terhadap PMII dalam membangun, mengembangkan dan mentransformasikan pengetahuan. Sehingga mampu menjawab tantangan zaman yang semakin hari semakin kompleks tidak karuan.

        Ketua Umum Pengurus Cabang Yogyakarta, Faizi Zain, menuntut untuk selalu dilibatkan dalam setiap kebijakan dan keputusan yang diambil pengurus besar, sehingga kebijakan dan keputusan yang diambil tidak terkesan keputusan sepihak. Visi-Misi dan target gerakan pengurus cabang Yogyakarta sangat diapresiasi oleh pengurus Besar PMII, dan diharapkan mampu mengemban amanah dan menyasar target dengan lebih gesit.

        Semoga acara pelantikan tersebut tidak menjadi sebentuk seremonial dan bualan-bualan yang hanya selesai setelah selesainya acara tersebut. Amiin ya mujib as-sailin.

Romli Muallim, Lahir di Bangkalan, Madura, 
Ketua Korp Bhinneka Tunggal Ika (2014),
Rayon Pembebasan, Fakultas Ushuluddin dan Pemikiran Islam,
UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

0 Response to " Pelantikan Pengurus PMII Cabang Yogyakarta Masa Khidmat 2016-2017."