Pecinta Alam dan Upaya Penyelamatan Ruang-Hidup


Foto : Lokasi pertambang batuan kapur/kars

Indonesia adalah negara yang kaya akan sumber daya alam dan tersebar dari Sabang sampai Merauke, sumber-sumber  yang berasal dari alam dapat digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup masyarakat Indonesia secara keseluruhan, seperti minyak bumi,gas alam, berbagai jenis logam, air dan tanah. Namun seiring berkembangnya teknologi, kemajuan peradaban dan meningkatnya populasi manusia ditambah revolusi industri telah membawa manusia pada era-eksploitasi sumber daya alam, sehingga persediaannya semakin hari terus berkurang.

Sumber daya alam (SDA) menurut sifatnya dapat digolongkan menjadi dua yakni SDA yang dapat diperbaharui dan SDA yang tidak dapat diperbaharui, SDA yang dapat di perbaharui adalah kekayaan alam yang dapat terus ada selama penggunaannya tidak di eksploitasi secara berlebihan. Tumbuhan, hewan, mikro-organisme, sinar matahari, angin, dan air adalah contoh SDA Yang dapat diperbaharui. Walaupun jumlahnya sangat berlimpah, penggunaannya harus tetap dibatasi dan dijaga agar dapat terus berkelanjutan. Sedangkan SDA yang tidak dapat diperbaharui adalah SDA yang jumlahnya terbatas karena penggunaannya lebih cepat dari pada proses pembentukannya dan apabila digunakan terus menerus akan habis, seperti minyak bumi, emas, besi, kars dan berbagai bahan tambang lainnya.

Melihat begitu pentingnya mengontrol SDA yang tidak dapat diperbaharui karena jumlah yang terbatas serta proses pembentukaannya yang lama, maka perlu kiranya kita sama-sama memperhatikan dan memberi kontrol yang serius terkait persoalan SDA jenis  ini, karena apabila hal ini (penambangan) dilakukan terus menerus tanpa memperhatikan kestabilan alam maka akan mempengaruhi kelangsungan ruang hidup manusia dan yang pasti akan merusak alam itu sendiri.

Hal inilah yang sekarang banyak terjadi dimana-mana, berbagai perusahaan tambang berlomba-lomba untuk mengeruk sumber daya alam yang sangat melimpah di negeri ini. tak jarang mereka abai untuk  memperhatikan dampak yang terjadi dalam aktifitas pertambangan secara masal. para pengembang dan investor secara bersama-sama mengusahakan pembukaan lahan tambang baru untuk meningkatkan produktifasnya yang akan mendongkrak  pendapatannya. Inilah yang sebenarnya menjadi momok menakutkan atas SDA yang kita miliki, dimana atas nama pengembangan dan peningkatan produktifitas para penambang  terus melakukan eksploitasi SDA secara besar-besaran dan  tak lagi memperdulikan dampak buruk yang mengancam ruang hidup orang banyak dan kelestarian lingkungan.

Sebut saja penambangan batu kapur (kars) yang sedang dilakukan diberbagai daerah, misalnya penambangan yang dilakukan oleh PT. Semen Indonesia di Tuban. Pada prinsipnya kita tidak menolak pembangunan, namun apa yang menjadi permasalahan yang  dapat mengancam  hajat hidup orang banyak tentu tidak dapat kita kesampingkan. Dari beberapa informasi yang dihimpun oleh penulis, banyak diantara warga yang resah dengan adanya tambang ini, jika kalian tahu aktifitas pertambangan tidaklah sebaik yang kita kira, misalnya saja, dalam proses pengambilan batuan tidak cukup jika hanya menggunakan alat berat saja semisal bego, namun butuh Dinamit untuk memecah batuan kapur di pegunungan itu, maka dampak yang dialami oleh warga sekitar adalah rusaknya sebagian bangunan tempat tinggal mereka, ketakutan akan suara ledakan  keras yang sewaktu-waktu terjadi, belum lagi polusi udara yang mengancam terganggunya saluran pernafasan.

Permasalahan ini kini juga sedang dihadapi oleh warga di Kecamatan gunem kabupaten Rembang, kawasan yang terletak di pegunungan kendeng utara. Ditempat inilah proses eksploitasi tambang  sedang dilakukan oleh PT. SI, mereka menghancurkan gunung, goa-goa, ponor (lubang  resapan air)  demi mendapatkan batuan kapur yang menjadi bahan baku semen. Proses eksploitasi ini tentu mendapatkan perlawanan dari masyarakat yang mayoritas petani, mereka menggantungkan hidupnnya pada sektor pertanian, maka dengan adanya pabrik ini masyarakat takut ruang-hidupnya akan terancam. Sangat logis jika mereka mengkawatirkan hal ini,  karna kita tahu betapa buruknya akibat limbah yang nanti akan di hasilkan oleh pabrik semen jika sudah beroprasi dan tentu membahayakan kestabilan pertanian mereka, polusi udara yang mengganggu pernafasan, abu yang beterbangan dan menutup stomata tumbuhan padi sehingga menurunkan produktifitasnya tentu mengancam hasil panen, belum lagi sumber mata air yg menjadi nyawa bagi kelangsungan pertanian, petenakan serta kebutuhan runah tangga yang terancam berkurang akibat pertambangan yang akan dilakukan, sedikit gambaran bahwa diwilayah pegunungan kendeng utara terdapat banyak sumber mata air yang berada di bawah batuan kars yang akan di tambang, disamping itu pegunungan kendeng  utara ini juga banyak terdapat goa yang menyimpan cadangan  air serta memiliki sungai bawah tanah yang menjadi sumber pengairan warga Rembang selama ini.

Untuk itu masyarakat tetap menolak pendirian pabrik semen di wilayah mereka, masyarakat kendeng  bahkan rela meninggalkan rumah mereka yang berjarak sekitar 5km untuk  mendirikan tenda darurat di wilayah rencana pendirian pabrik, mereka menuntut pendirian pabrik di wilayah mereka dibatalkan karena sangat mengancam kelangsungan ruang  hidup mereka, para ibu yang ada di tenda-tenda darurat itu terus berjuang dan mengupayakan untuk diberhentikannya aktifitas pembangunan pabrik agar penambangan tidak terjadi. mereka menuntut agar alat-alat berat yg berderu setiap hari di tarik, tiap malam mereka melakukan istighosah dan doa bersama berharap pembangunan pabrik diurungkan dan mereka dapat hidup seperti sedia kala, mereka bahkan membuat musholla kecil di samping tenda untuk terus berjuang dan memohon pertolongan dari Yang Maha Kuasa.

Perjuangan yang dilakukan oleh ibu-ibu ini tidaklah mudah mereka harus berhadapan dengan aparat negara yang telah di perintahkan untuk menjaga kawasan ini agar tetap stabil dan tentu untuk mengamankan proses pembangunan, bahkan mereka mendirikan Portal serta Pos Jaga untuk menghalang orang yang ingin membantu perjuangan ibu-ibu Rembang ini atau yang sekedar menjenguk sebagai bentuk empati.

Berkenaan dengan kerusakan lingkungan yang terjadi akibat eksploitasi terhadap SDA yang tidak dapat diperbaharui ini seharusnya menjadi perhatian kita semua, mengingat kontrol terhadap pemanfaatan SDA jenis ini sangat penting dan rentan eksploitasi yang membabi buta demi. Pihak investor berusaha meraup keuntungan yang sangat melimpah tanpa memperhatikan dampak kerusakan yang diakibatkan oleh proses penambangan tersebut yang berpotensi merusak kestabilan alam.

Oleh karananya sudah menjadi keharusan bagi para penggiat kelestarian lingkungan dan para pecinta alam yang notabenenya para penjaga kelestarian lingkungan dan menjaga kelestarian alam. Rasa cinta terhadap alam tumbuh karena rasa ketakjuban yang luar biasa atas anugrah yang telah diberikan Tuhan pada negri ini, Tuhan telah membentangkan nikmatnya berupa keindahan alam mulai dari gunung, laut, pulau-pulau yang eksotis, pantai yang indah, goa, air terjun dan banyak lagi lainnya. setiap kali kita memandangnya kita selalu terkagum-kagum dengan keindahan yang ada di bumi pertiwi ini, membuat kita terus mencintai dan melestarikannya. Pada dasarnya semua orang sangat mencintai keindahan, maka dari itulah muncul kelompok-kelompok yang dengan kesadaran penuh memiliki keinginan yang kuat untuk terus menjaga alam dan melestarikan lingkungan.

Berangkat dari kesadaran akan pentingnya melestarikan alam, maka lahirlah berbagai gerakan, komunitas maupun organisasi pecinta alam yang memiliki agenda tentang upaya pelestarian lingkungan mulai menanam pohon, membersihkan sampah pantai, mengolah sampah organik menjadi pupuk dan selalu mengkampanyekan pentingnya menjaga alam dan kelestariannya, karena mereka yakin keindahan alam ini adalah titipan yang harus dijaga dan dirawat untuk nantinya diwariskan kembali pada anak cucu mereka.

Dengan keindahan yang ada kelompok-kelompok pecinta alam mulai melakukan perjanan untuk melihat betapa indahnya negri ini, mereka rela menempuh rimba dan terjalnya batu untuk sampai di puncak gunung dan melihat dari ketinggian keindahan yang terbentang luas, orang-orang mencoba untuk menyusuri goa dan melihat keindahan Stalaktit dan Stalakmit yang ada di dalamnya, mendatangi pantai menikmati birunya samudra dan gemuruh ombak, memanjat tebing-tebing curam, mengarungi sungai yang deras dan banyak lagi lainnya, hal ini dilakukan sebagai kecintaan terhadap  keindahan alam dan ketakjuban mereka terhadap anugrah yang telah diberikan oleh Tuhan di bumi pertiwi ini. untuk menjaga alam agar tetap lestari dan dapat dinikmati.

Untuk itu, sudah sepatutnya kelompok-kelompok pecinta alam mengambil peran penting terhadap kontrol aktivitas  penambangan yang sangat mengancam lingkungan, seperti yang terjadi di Rembang saat ini. dimana pegunungan yang sangat kaya akan ekosistem alam dan sumber mata air ini akan di keruk dan di hancurkan  untuk diambil batuan kars sebagai bahan baku pembuatan semen, dan banyak tempat lainnya yang mengalami eksploitasi SDA secara besar-besaran. Tentu akan mengancaman kelestarian alam dan kelangsungan hidup masyarakat sekitar.

Melihat kedaan darurat yang seperti ini para pemerhati alam harusnya ikut andil dalam menggagalkan upaya perusakan alam yang sedang dilakukan oleh PT. SI, dan banyak perusahaan tambang lainnya. kita tidak boleh pasrah melihat perusakan alam yang sedang atau telah terjadi, relakah keindahan alam yang kita puji-puji dirusak atas nama produktifitas dan pembangunan?, bukankah pembangunan seharusnya juga memperhatikan kelestarian lingkungan, keseimbanngan ekosistem dan ruang hidup orang banyak?, nah untuk Itulah para pecinta alam ini harus melakukan aksi yang nyata dan sudah seharusnya berjuang untuk menolak segala upaya  perusakan alam.

Sudah saatnya pula pecinta alam ini kembali pada tugas awal yang mulia untuk terus menjaga dan melestaikan alam, dalam konteks Rembang perusakan alam yang terjadi di sana seoalah-olah hanya menjadi masalah warga desa yang terdampak secara langsung, bahkan realita ini seakan-akan ditutupi oleh media yang sudah ditunggangi pemodal sehingga konflik sosial dan perusakan yang ada disana tidak banyak diketahui oleh masyarakat luas.

Melihat banyaknya upaya perusakan alam yang terjadi di mana-mana, maka ada yang sangat disayangkan bahwa belum banyak atau bisa dikatakan sedikit kelompok pecinta alam yang ikut serta memperjuangkan penggagalan terhadap upaya perusakan alam ini, entah apa yang sedang terjadi pada kelompok-kelompok pecinta alam sekarang ini?. apakah kini orientasi dari pecinta alam sudah bergeser yang awalnya membawa misi menjaga alam kini hanya menikmati keidahan saja, tanpa memperdulikan proses perusakan alam lewat eksploitasi yang dilakukan oleh penambang dimana-mana? Apakah kelompok pecinta alam kini hanya sibuk melakukan aktifitas olah raga di alam terbuka yang menantang adrenalin dan beresiko tinggi? Apakah alam kini hanya menjadi obyek dari penyaluran hobi saja? Entah lah, tapi melihat lahirnya pecinta alam atau gerakan lingkungan pada awalnya jelas fokus pada perlindungan alam dan peka terhadap isu-isu ancaman perusakan alam yang di akibatkan oleh sekelompok orang yang tak bertanggung jawab.

Sebenarnya tidak ada yang meragukan pengetahuan dan keahlian kelompok Pecinta alam ini, Secara kapasitas pengetahuan mereka sangat mendalam terkait persoalan-persoalan lingkungan. namun sering sekali kurang dibarengi dengan aktivisme yang melebur bersama rakyat dalam menghadapi problem-problem lingkungan, khususnya atas berbagai proyek pembangunan seperti pertambangan. Seakan yang terjadi saat ini tidak ada relasi antara kelompok pecinta alam dengan gerakan rakyat yang melakukan penolakan terhadap upaya perusakan alam.

Melihat apa yang terjadi kini, dimana kelompok-kelompok pecinta alam tidak banyak yang terpanggil untuk melakukan gerakan secara konkrit terhadap konflik-konflik sosial berbasis lingkungan, maka patut kiranya di pertanyakan arah ideologi kelompok ini dan orientasinya dalam upaya pelestarian alam. lantas kemana arah ideologi gerakan-gerakan ini sekarang? Dan kemana gerakan-gerakan perlindungan alam yang dulu pernah tumbuh subur di Indonesia?

*Muslich Bahaomed, Mahasiswa Filsafat, UIN Sunan Kalijaga, bergiat di KPA PASAKTI Yogyakarta.





0 Response to "Pecinta Alam dan Upaya Penyelamatan Ruang-Hidup"