Irfan Afifi "Saut bukanlah pesakitan, dia adalah martir yang akan memicu perubahan"


Ya kami terima aja lah udah. Karena ini sudah lama, sudah satu setengah tahun saya digantungkan, ini tentu tidak adil. Nanti ada balasannya versi sastra. Kalau ini kan baru versi hukum. Kalau nanti ada versi sastra," ujar Saut saat diwawancari viva.co setelah sidang.

Seusai sidang, Saut Situmorang menemui massa aksi yang datang ke pengadilan Jakarta Timur. mereka datang untuk mendukung perjuangan Saut Situmorang. dalam sebuah video dengan jelas Saut Situmorang memberikan pemaparannya terhadap dunia sastra Indonesia hari ini.

“Saya telah mewakili Sastra Indonesia ke seluruh planet ini. Mulai dari Afrika, Eropa, New Zealand, dan saya kembali ke Indonesia yang sekarat ini, karena sastra Indonesia. Dan hari ini saya dituduh bersalah hanya karena membela apa yang telah puluhan tahun saya bawa hanya karena mengungkapkan kata ‘Bajingan’ dan beberapa metafor yang dicopot-copot konteksnya yang ditulis di media sosial bernama Facebook, Seandainya saya mengatakannya langsung di depan muka Fatin Hamama apakah saya akan dipenjara?”
Saut dalam orasinya di depan gedung pengadilan Jakarta Timur yang disaksikan oleh aksi massa dan Fatin Hamama yang saat itu hadir di persidangan mengungkapkan pula bahwa hari itu adalah tragedi bagi Sastra Indonesia. Lantaran,  apakah Sastra Indonesia yang telah ia bela masih pantas untuk di bela.

“Di dunia Sastra, tiba-tiba muncul seorang yang tidak dikenal, telah memakai uangnya berusaha memanipulasi sejarah sastra di Indonesia, dengan menyebut dirinya itu salah seorang tokoh Sastra Indonesia paling berpengaruh” ungkap saut dengan nada marah, yang disambut oleh para aksi massa dengan teriakan-teriakan yang mengutuk Denny JA dan Fatin Hamama.

Dalam video muncul suara perempuan yang mengatakan “Bajingan”  yang melontarkan kemarahannya terhadap Fatin Hamama dan Denny JA. Saut menegaskan bahwa dirinya siap menantang secara intelektual orang-orang yang telah memenjarakannya dan mencemari Sastra Indonesia.

“Kenapa kalian mau memilih orang seperti Denny JA menjadi tokoh sastra paling berpengaruh, ada orang berpengaruh di Sastra Indonesia bernama Sitor Situmorang, masih hidup di Belanda. Para penyusun buku sampah ini, alasannya karena Sitok Situmorang saat itu hidup di Belanda. Sementara buku ini mayoritas isinya tokoh-tokoh yang hidup di luar planet ini kan. Mereka sudah mati” Saut menjelaskan, bahwa Fakta-fakta yang bertabrakan tidak diladeni oleh para penyusun buku tersebut.

“Saya tidak paham logika hukum, dan hari ini saya paham apa logika hukum, kalau dunia hukum berani, mengkritisi dan menghakimi dunia sastra, dunia Sastra juga punya hak untuk melakukan itu, hanya karena para penengak hukum bertugas menegakkan hukup positivis mereka menilai bahasa kita, kita ini adalah ahli-ahli bahasa”, Saut menutup orasinya dengan mangatakan “Bajingan”
Ucapan saut tersebut tidaklah main-main. Berbagai kalangan pegiat sastra telah menunjukan kegeramannya terhadap vonis yang telah dijatuhkan kepada Saut Situmorang“Menurutku, Denny JA dan Fatin tidak pantas lagi dibicarakan, dia tidak layak di akui, dari beberapa karya Denny JA yang ku baca, jujur. Mereka adalah segelintir orang-orang yang akan membangun kaum-kaum apatis” ungkap Hasan Gauk, Mahasiswa Universitas Muhammadiyah Yogyakarta yang bergiat di komunitas Rakyat Sastra.
Saut Situmorang divonis lima bulan hukum percobaan atas tuduhan mencemarkan nama baik Fatin Hamama salah satu dari orang yang terlibat menerbitkan buku “33 Tokoh Sastra Indonesia Paling Berpengaruh”. Buku tersebut menjadi polemic karena masuknya Denny JA pendiri Lingkaran Survey Indonesia  (LSI) yang masuk dan disejajarkan dengan Chairil Anwar, Pramoedya Ananta Toer, W. S Rendra, dan tokoh-tokoh sastra lainnya.
Saut Situmorang merupakan salah satu orang yang menolak dengan keras terbitnya buku tersebut, karena dinilai dapat menyesatkan dunia kesusastraan di Indonesia. Dengan gamblang Saut menyebutnya “Buku Sampah”. Saut Situmorang merupakan salah satu kritikus sastra yang hingga saat ini masih konsisten dalam dunia kesusastraan. Saut adalah orang keras kepala yang konsisten masuk dalam politik kanonisasi sastra.
“Saut bukanlah pesakitan, dia adalah martir yang akan memicu perubahan”  Irfan Afifi, pengkaji kebudayaan. Irfan yang bergelut dibidang kebudayaan memberikan tanggapannya tentang harapan kedepannya tentang dunia kesusastraan di Indonesia.

“Sastra harus menentukan, menanggung-jawabi, mengawal, dan memartabati nilainya sendiri. jangan biarkan nalar destruktif politik-hukum dan instrumentalisme ekonomi mengangkangi perkembangan sastra kita” ungkap Irfan, pengelola penerbitan Ifada.

Dukungan terus mengalir dari berbagi kalangan, beberapa hari sebelum vonis ditetapkan tepatnya pada tanggal (04/09), para pegiat sastra dan seni yang ada di Yogyakarta membuat aksi solidaritas di warung Liko, Sukowaten, Bantul, Yogyakarta. Acara tersebut adalah salah satu bentuk solidaritas guna mengkampanyekan isu kriminalisasi yang menimpa penyair Saut Situmorang.

“Seribu seniman tidak berpolitik, maka seribu seniman hanya mencampuri senimannya. Seniman harus berpolitik, karyanya harus politis” orasi dari Nyonyor Numpang tenar sebelum gitar akustiknya dipetik dan mengeluarkan suara yang merdu dengan diiringi lirik lagu “one song, one struggle”. Orasi kebudayaan dari Nyonyor Numpang tenar, dan lirik lagu yang menggugah semangat-semangat perlawanan membawa malam di warung kopi liko pada suasana yang penuh sesak dengan suara keriuahan orang-orang yang mendukung penyair Saut Situmorang dan undang-undang UU ITE yang menjerat penyair Saut Situmorang dihapuskan.

#Hapus UU ITE, #SaveSaut, #SaveSastraIndonesia, menjadi latar belakang panggung bagi seniman dan siapapun yang ingin membacakan karyanya untuk memberikan dukungannya terhadap Saut Situmorang, termasuk Naya yang sempat mencari bundanya sebab slide pada Tabnya yang tiba-tiba menghilang ketika dia membacakan puisinya untuk penyair Saut Situmorang. Penonton bertepuk tangan.

Elki Setiyo H.

0 Response to "Irfan Afifi "Saut bukanlah pesakitan, dia adalah martir yang akan memicu perubahan" "