Oleh :
Romli Muallim
Manusia adalah makhluk sosial
(homo homini socio) ataukah manusia adalah pemangsa terhadap manusia yang lain
(Homo homini lupus). Statemen dari Thomas Hubbes di atas menjadi acuan
utama dalam kiprah kehidupan. Akankah harus ada semacam saling membutuhkan
dalam kehidupan sehari-hari, atau karakteristik manusialah manusia
individualistik personality yang tidak butuh pada siapapun. Maka, statement Thomas Hubbes di atas mewakili dan penting tuk dipikirkan dan dikaji.
Banyak persoalan yang kerap
menjadi kegelisahan yang berkepanjangan, realitas kehidupan dan pengaruh
modernisasi seakan tidak bisa dilepaskan dari pergaulan ataupun peradaban.
Mungkinkah kebudayaan yang sudah lama dilestarikan sudah terkikis oleh kemajuan
zaman, ataukah modernisasi sendiri yang membuat kebudayaan? Maka definisi
kebudayaan harus dikaji lebih lanjut. Dalam kebudayaan jawa atau
anjuran-anjuran agama islam ada semacam silaturrahim, anjuran tersebut banyak
fungsi dan banyak manfaatnya, di antaranya adalah mempererat hubungan persaudaraan
antar manusia, memperpanjang umur, menambah rizki, dan saling men-support.
Sehingga dalam ungkapan itu dapat dipastikan bahwa dalam keyakinan masyarakat
jawa atau umat islam, manusia adalah masyrakat sosial yang saling membutuhkan
satu sama lain, atau kata Thomas Hubbes homo homini socio. Sehinggal
dalam implementasiannya-pun beragam.
Dalam tradisi PMII (Pergerakan
Mahasiswa Islam Indonesia) ada semacam kegiatan kunjungan ke tiap-tiap acara
masing-masing fakultas, dan hal itu menjadi tradisi rutinitas tahunan. salah
satu contoh ketika salah satu fakuktas mengadakan kegiatan Pelatihan Kader
Dasar (PKD), sohibul hajah selalu mengundang fakuktas lain untuk hadir;
itu kita sebut dengan silaturrahim atau tradisi PMII , akan tetapi ada semacam
sesuatu yang mengganjal dalam pelaksanaanya. Sebab tradisi yang baik perlu
dikonsep dengan baik serta harus tersetruktur dengan baik juga, karena kebaikan
yang tidak terkonsep dan tidak terseteruktur akan dikalahkan oleh keburukan
yang terkonsep dan terseteruktur.
Silaturrahim yang diadakan PMII
dalam kunjungan PKD, makrab, dsb. tidak terkonsep dan tidak terseteruktur,
kenapa saya bilang seperti itu? karena pada kenyataanya hanya semacam uforia
antar angkatan dan kerap tidak membuahkan hasil yang maksimal. Dalam kegiatan
itu hanya datang, mengobrol ngalur ngidul, minta hidangan dan pulang.
Saya kira jika kita konsep dengan sesuatu yang lebih bermanfaat antara kedua
belah pihak yang akan menjadi rutinitas yang menumbuh-kembangkan keilmuan dan pengetahuan
yang gemilang. Salah satu contoh ketika tuan rumah mempresentasikan kegiatannya
secara totalitas, setiap tamu kunjungan menyumbang ala kadarnya sebagai bentuk
kepedulian ekonomi organik dan mengenalkan diri masing-masing agar mengenal
satu sama lain. Upaya perubahan itu tidaklah mudah, karena sesuatu yang sudah
membudaya dan terinternalisasi akan tumbuh menjadi karakter setiap insan. Tapi will
there is a will there is a way, jika kita mau merubah apa yang tidak
mungkin, jika kita mau melakukannya apa yang tidak akan terlaksana. Perubahan
kecil yang mendasar akan menjadi kegiatan besar yang gemiling, serta akan membuahkan
kader yang militan.
Salam mahasiswa.
20 september 2015, Piyungan, Yogyakarta.
0 Response to "SILATURRAHMI"
Posting Komentar