Kampus Putih dan Hal yang Tidak Pernah Selesai




Oleh M. Ibrahim

Setiap pergantian semester, di Kampus UIN Sunan Kalijaga —yang konon dikenal dengan kampus rakyat dengan biaya kuliah yang murah dan bertaraf nasional— ini, hal yang sering dikeluhkan oleh mahasiswa selain sistem UKT (Uang Kuliah Tunggal), ialah model pengisian KRS (Kartu Rencana Studi) yang tak kunjung baik. Pasalnya, sistem informasi akademik kampus lagi-lagi sering error. Dan ini yang menjadi masalah namun tak kunjung selesai, atau mungkin tak pernah ada usaha untuk menyelesaikannya.

Keluhan mahasiswa baik yang berada di Yogya maupun yang sedang liburan di luar kota, hal ini menjadi keluhan yang tak bisa dihindari. Bagaimana tidak, rentang waktu yang tidak panjang untuk membayar UKT, dan mahasiwa harus cepat membayar. Jika tidak, tentu akan ada konsekwensinya dari pihak kampus. Namun, dengan waktu yang singkat itu, seringnya terjadi sistem akademik yang tidak baik, turut membebani mahasiswa. Mahasiswa harus segera bayar, tapi jalan untuk membayarnya tak kunjung diperbaiki, akibatnya mahasiwa terbebani dengan keadaan ini.

Dengan sistem njlimet seperti ini hal yang harus dipertanyakan adalah: Apakah pihak kampus tidak pernah mencoba atau, setidaknya, sedikit demi sedikit memperbaiki sistem yang saban pergantian semester selalu menjadi keluhan mahasiswa? Jika ada usaha untuk memperbaiki, maka tentu permasalahan ini, bisa jadi, tidak akan dikeluhkan oleh mahasiswa dan otomatis tidak ada ocehan-ocehan mahasiswa di media sosial. Jika tidak ada usaha untuk perbaikan, lalu dimana hasil kerja teknisi pihak kampus selama ini, kok masalah ini menjadi rutinitas yang harus dirasakan mahasiswa setiap menghadapi pergantian semester

Tidak hanya sistem pengisian KRS saja yang kerap error, untuk pembayaran UKT di bank-pun ada yang off. Pengalaman penulis yang akan membayar UKT di luar Yogyakarta, hal ini sungguh dirasakan bagaimana sulitnya; penulis harus pindah-pindah dari satu bank ke baik yang lain dulu untuk dapat menemukan mana bank yang sedang tidak error untuk membayar.

Meskipun sistem eror-eroran sudah menjadi tradisi di kampus yang dijuluki kampus putih, dan begitu njlimetnya sistem akademiknya, mahasiswa hanya bisa berharap hal ini akan segera diperbaiki. Bukan berarti mahasiswa hanya pandai mengeluh dan menuntut pihak kampus untuk lebih memerhatikan masalah ini, tetapi hal ini selayaknya dunia perkampusan, bahwasannya mahasiswa sebagai rakyat dalam miniatur negara mempuyai hak untuk menuntut dan menyampaikan permasalah yang ada dan dirasakannya, dan itu menjadi tanggungjawab mahasiswa; dan pihak kampus harus memaklumi dan sadar akan hal itu: Bahwa dengan adanya keluhan mahasiswa, pihak kampus harus cepat dalam menyelesaikan apa yang sedang dikeluhkan mahasiswa.

Untuk itu, melalui tulisan ini, keluhan yang dialami mahasiswa saat menghadapi pergantian semester, patutnya tidak ada masalah ketika itu juga. Dan permasalahan sistem akademik yang dirasa sekarang dibilang tidak baik —dan memang dari dulu belum baik— diharapkan akan lebih baik kedepannya, dan pihak kampus yang mengatur ini akan memperhatikan permasalan yang ada dalam sistem dan segera menyelesaikannya, supaya kedepannya tidak ada lagi persoalan keluh-mengeluh pada kampus soal sistem sistem informasi akademik yang error


0 Response to "Kampus Putih dan Hal yang Tidak Pernah Selesai"