“Idealisme adalah kemewahan terakhir yang dimiliki oleh pemuda”. Pernyataan Tan Malaka ini hampir sulit ditemukan pada mahasiswa, khususnya yang berada di lembaga kemahasiswaan sekarang ini. Mengapa demikian? Karena lembaga kemahasiswaan sekarang disibukkan dengan kegiatan-kegiatan yang menyeret lembaga tersebut terjebak kepada pragmatisme. Ahmad Chaidir Ali dalam tulisannya menyebutkan bahwa hal itu disebabkan karena lembaga kemahasiswaan yang ada di kampus-kampus saat ini hanya disibukkan dengan proposal-proposal sembari mengemis dana pada korporat dan pihak birokrat kampus. Realisasi kegiatan tersebut terkadang tidak sesuai dengan proposal yang diajukan.
Padahal salah satu tujuan didirikannya lembaga kemahasiswaan sebagai pembelajaran mahasiswa untuk mengasah keterampilannya di dunia akademik (tulis menulis, penelitian, pengabdian, advokasi, kepemimpinan dan lainnya). Hal ini sesuai dengan Tri Dharma Perguruan Tinggi (pendidikan-pengajaran, penelitian-pengembangan, dan pengabdian kepada masyarakat) yang menjadi pedoman wajib bagi setiap Perguruan Tinggi beserta elemennya.
Salah satu dari tujun awal didirikan lembaga kemahasiswaan ini sudah mulai memudar akibat tingkah laku oknum yang berada di dalamnya, sehingga membuat lembaga kemahasiswaan, seperti lembaga pemerintah yang perlu pengawasan lembaga Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) yang hari ini eksistensinya terancam.
Lembaga kemahasiswaan terkadang dijadikan tempat untuk mencari keuntungan, bahkan tindakan Korupsi, Kolusi dan Nepotisme (KKN) terjadi di lembaga ini. Meskipun tindakan KKN di lembaga kemahasiswaan tidak separah KKN yang dilakukan pemerintah di Negeri ini.
Padahal, Soe Hoe Gi mempunyai mimpi yang besar kepada mahasiswa--yang ingin saya laksanakan adalah, agar mahasiswa Indonesia berkembang menjadi "manusia-manusia yang biasa". Menjadi pemuda-pemuda dan pemudi-pemudi yang bertingkah laku sebagai seorang manusia yang normal, sebagai seorang manusia yang tidak mengingkari eksistensi hidupnya sebagai seorang mahasiswa, sebagai seorang pemuda dan sebagai seorang manusia.
Soe Hoe Gie dengan mimpinya itu mempunyai harapan yang sangat besar kepada mahasiswa sebagai penerus bangsa. Akan tetapi harapan Soe Hoe Gie dan harapan masyarakat Indonesia hilang seketika, jika di waktu menjadi mahasiswa melakukan sesuatu di luar idealisme mahasiswa. Bagaimana nantinya jika mahasiswa yang tidak idealis menjadi pemimpin di Negeri ini. Jangan harap Negeri ini bersih dari korupsi jika di waktu mahasiswa sudah tidak idealis. Lalu, masihkah menjadi tempat yang pantas lembaga kemahasiswaan sebagai wadah berproses yang nyaman untuk menjaga idealisme mahasiswa?
Moh. Affan, Mahasiswa Sosiologi Agama, UIN Sunan Kalijaga
dan kader biasa PMII Rayon Pembebasan.
0 Response to "Lunturnya Idealisme Mahasiswa (?)"
Posting Komentar