Sampah itu,... Dulu

Sumber: plastikdaurulang.com
Banyak teori yang mengungkapkan keberadaan sampah. Sampah adalah istilah umum yang sering digunakan untuk menyatakan limbah padat. Sehari hari, ia dianggap sesuatu yang  kurang berguna. Hal ini disebabkan hilangnya harga dari  nilai ekonomi. Oleh karenanya selalu dibuang. Dulu, beberapa dasa warsa sebelumnya, konsep pengelolaan cenderung alami, belum berbanding  dengan jumlah produksi sampah.  Begitulah dahulu. Padahal, di negara negara tetangga, membuang sampah sembarangan, sudah dikenakan denda. Sehingga, menjadi disiplin perlakuan terhadap sampah. Positifnya, lingkungan menjadi bersih dan asri. Beberapa bulan belakangan ini, di kawasan Kota Jambi, terlihat kesibukan pembuatan bak sampah.  Dalam tahun 2015 ini, 1.000 bak penampungan sampah, ditargetkan selesai pengadaannya. Bak itu, terbuat dari batu bata yang disemen, diberi lantai dan diplester. Berukuran lebih kurang 3x 2 meter. Di bagian atasnya, diberi seng penutup, yang menopang di kerangka kayu seukuran. Sehingga tutupnya dapat dibuka dan ditutup kembali. Bak itu terlihat cantik dengan cat yang melumuri dindingnya.  

Bila sampai saat ini, masih ada pekerjaan sejenis, bukanlah  bagian dari retorika bahwa kita semua peduli lingkungan, melainkan perwujudan nyata. Pantas, bila ada  senyum sosok-sosok di tengah kesibukan menyelesaikan pekerjaannya.  Patut disyukuri bahwa kepedulian ini, akan segera menjadi wujud nyata penanggulangan sampah. Karena sekarang zaman kemajuan. Setiap orang dan pihak yang notabene memproduksi sampah, harus berpartisipasi dalam masalah sampah . Memang sampah telah kehilangan nilai ekonomisnya. Namun, bagaikan musuh tersembunyi, tiba tiba ia menyebabkan kerugian. Jelas terlihat di beberapa media massa, media elektronik , akibat mengabaikan sampah. Aliran air  tiba tiba terhambat karena tumpukan sampah dan menuju daerah yang lebih rendah. Genangan air  yang meluap, pada tingkat yang lebih dahsyat disebut banjir. Kerugian materilpun tak terhitung akibat kerusakan beberapa sarana umum, kerugian immaterial seperti terhentinya proses belajar mengajar, karena beberapa sekolah terendam air untuk beberapa waktu. Ironisnya, banjir akibat sampah dapat menandingi banjir karena penebangan pepohonan hanya karena  membuang sampah sembarangan. Begitu luar biasa dahsyatnya sampah ini tanpa pengelolaan secara tepat. 

Karakteristik Sampah

Sampah yang merupakan limbah  berbentuk padat dan setengah padat, terdiri dari bahan organik dan  anorganik. Baik  logam dan non logam, yang dapat terbakar atau sebaliknya. (Pramatmaja, 2008). Sedangkan berdasarkan komposisi kimianya, maka sampah dikelompokkan menjadi sampah organik, yang dikelompokkan mudah membusuk atau terurai oleh bakteri/mikroba pengurai  semisal: sisa makanan, sampah sayuran dan kulit buah serta  kelompok  sampah organik yang lambat  membusuk seperti : plastik dan kertas dan sampah anorganik yakni sampah yang cenderung lama terurainya
Bakteri pengurai, dalam ilmu lingkungan, dikenal dengan dekomposer yaitu sejenis mikroba yang berperan dalam proses penguraian. Karena kerja bakteri ini adalah menguraikan bahan organik menjadi senyawa (unsur hara tanaman) yang berguna pertumbuhan.

Berkat decomposer

Sebagaimana diketahui, bahan bahan organik dapat terurai karena adanya bakteri pengurai. Di dalam tanah, yang banyak terdapat mikroba dekomposer terjadi penguraian selulose secara alami,  baik oleh dekomposer jenis jamur (fungi), actinomycetes, dan bakteri aerob (Bakteri ini ada yang memerlukan udara) maupun anaerob. ( tanpa memerlukan udara) dalam melaksanakan fungsinya. Dalam proses penguraian bahan-bahan organik, mikroba selulolitik mengeluarkan enzim selulose yang berperan dalam mempercepat proses hidrolisis selulosa dan polisakarida lainnya. Akan tetapi, terdapat perbedaan proses penguraian antara bahan organik mengandung lignin dan tanpa kandungan lignin. Bahan organik berlignin, menurut Novik Kurnianti yang dipostingnya di blog Tanijogonegoro.com, cenderung lambat terurai,disebabkan karena selulose dan lignin akan membentuk lignose-lulose, yang tahan terhadap aktivitas mikroba. Oleh karena itu, untuk menguraikan bahan-bahan dari jaringan tanaman berkayu hanya dapat dilakukan  oleh mikroba penghasil enzim pengurai lignin, seperti Paecilomyces sp. Sedangkan Perombakan bahan-bahan organik tanpa kandungan lignin, seperti limbah pabrik kertas, atau serat kapas, akan lebih cepat diurai. Kedua proses penguraian bahan-bahan organik tersebut akan merombak sifat fisik materi yang dimulai dari pemecahan dinding selulose selanjutnya penguraian dan melepaskan beberapa unsur hara  (zat makanan bagi pertumbuhan  tanaman), seperti  Nitrogen untuk daun, Phosphat bagi pertumbuhan akar, pembungaan dan buah, Kalium bagi pertumbuhan batang tanaman, dan Sulfur. Meskipun demikian, proses penguraian ini akan menghasilkan karbon yang sebagian dilepas dalam bentuk gula sederhana. Sementara situ, sisa karbon dilepas pula ke udara dalam bentuk CO2. Dengan demikian, kandungan C (karbon) dalam bahan organik menjadi berkurang, dan secara signifikan akan menurunkan C/N rasio. Sedangkan unsur Karbon, diperlukan bagi penyediaan zat hara terdahulu. Sebaliknya, CO2 yang dilepas,  diperlukan dalam proses poto sintesa untuk menghasilan Oksigen (O2).

Pemanfaatan dan keuntungan

Penelitian mengenai sampah padat di Indonesia menunjukkan bahwa 80% merupakan sampah organik, dan diperkirakan 78% dari sampah tersebut dapat digunakan kembali. Kegiatan atau aktivitas pembuangan sampah merupakan kegiatan tanpa akhir. Artinya, ketersediaan sampah akan berlangsung sepanjang peradaban manusia. Bahwa sampah sebenarnya dapat dimanfaatkan kembali bagi kebutuhan manusia mendorong solusi bagi sistem pengelolaan sampah. Sedangkan keuntungan  lain dengan mengelola sampah antara lain ; 1). Membuat lingkungan menjadi lebih nyaman dan asri, 2). Memperoleh nilai ekonomis, 3). Menghemat sumber daya alam.

Konsep pengelolaan sampah

Konsep pengelolaan sampah, sampai saat ini dikenal baik secara tradisionil mapun modern. Di pedesaaan, umumnya sampah telah secara arif ditanam (lanfild), sehingga menjadi kompos dengan bantuan dekomposer alami, atau dibakar (incenaration) sehingga menghasilkan tanah bekas bakaran. Tanah bakaran ini, melepaskan  zat hara yang ada dalam ikatan koloid ( pelekat ) agregat tanah, ketika dipanaskan. Hanya sayangnya dapat menyebabkan pencemaran zat Carbon, yang bila melewati kadar ISPU-nya membahayakan manusia. Sementara itu, Masyarakat perkotaan, cenderung menggunakan konsep Pengelolaan sampah.  Namun, dua prinsip yang diterapkan dalam konsep pengelolaan sampah di atas yang patut dipahami adalah: mengubah sampah menjadi material yang memiliki nilai ekonomis dan mengelola sampah sehingga mampu menjadi bahan bukan pencemar lingkungan.

Konsep 5R

Oleh karenanya, dewasa ini konsep pengelolaan sampah, dilakukan dengan 5R adalah yaitu : 1. Reduce/  pengurangan adalah kegiatan mengurangi pemakaian suatu barang atau pola perilaku yang dapat mengurangi produksi sampah, misalnya membudayakan  pengurangan penggunaan barang-barang yang sulit  didaur ulang. 2. Reuse / menggunakan kembali adalah kegiatan menggunakan kembali material atau bahan yang masih layak pakai. Contohnya adalah menggunakan kembali botol bekas yang masih layak untuk tempat minum, dan sebagainya. 3. Recycle atau mendaur  ulang adalah kegiatan mengolah kembali (mendaur ulang). Pada prinsipnya, kegiatan ini memanfaatkan barang bekas dengan cara mengolah materinya untuk dapat digunakan lebih lanjut. Pemanfaatan dan mengolah sampah organik menjadi pupuk kompos melalui proses penguraian oleh dekomposer, merupakan contoh konsep reuse. 4. Replace/ penggantian yaitu kegiatan untuk mengganti pemakaian suatu barang yang sifatnya lebih ramah lingkungan dan dapat digunakan kembali.. Misalnya,  mengubah penggunaan kertas tisu dengan menggunakan sapu tangan dan lain lain. 5. Replant adalah penanaman kembali (replanting). Yaitu kegiatan penanaman kembali, sering juga disebut reboisasi dan penghijauan. Istilah reboisasi khusus diistilahkan bagi kegiatan penanaman kembali , yang dilakukan  pada lahan kritis. Sedangkan penghijauan  dilakukan didaerah non kritis dan dapat dilakukan  di lingkungan hunian manusia. Penanaman tanaman hias, dengan pemanfaatan kompos hasil penguraian sampah atau berkebun memanfaatkan lahan pekarangan merupakan alternatif penyediaan keanekaragaman bahan pangan (diversifikasi), bahan obatan tradisionil serta memenuhi aspek keindahan lingkungan hunian.

Implementasi syukur

Tahap tahapan pengeloaan sampah, memang memerlukan tata kelola yang terencana. Termasuk Penyediaan Tempat Penampungan Sementara (TPS), sebelum menuju ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA). Alhasil, kehadiran bak bak sampah yang disediakan di kawasan Kota Jambi, mestilah dirawat sebagaimana layaknya. Sehingga dapat digunakan dalam jangka waktu yang relatif lama dalam fungsinya sebagai tempat penampungan sementara.Bila kehadirannya merupakan kepedulian, maka menyukurinya, akan bernilai lebih bila diimplementasikan secara positif semisal ikut memanfaatkannya sebagai tujuan penampungan sampah sementara, ketimbang ikut ikutan membuang sampah secara sembarangan yang berdampak negatif bagi lingkungan serta ikut  memeliharanya sebagai bagian dari tata kelola sampah, demi kebaikan bersama. Sehingga akan melahirkan motto “Maaf…Sampah itu, dulu !....” “Sekarang zamannya sampah bukan limbah   perusak dan pencemar lingkungan”. “Ini dari sampah” “Mari manfaatkan sampah”. Semoga!

Oleh Ridhal Mukromin, Mahasiswa Fakultas Ushuluddin, Jurusan Jurnalistik IAIN STS Jambi.

0 Response to "Sampah itu,... Dulu"